Kamis, 10 November 2016

Makalah Pertumbuhan dan Perkembangan Mikroba




MATERI
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MIKROBA

            Mempelajari pertumbuhan bakteri merupakan factor terpenting dalam mengetahui beberapa aspek fisiologi.Hal ini karena karakteristik pertumbuhan mencerminkan kejadian fisiologis suatu bakteri.Pertumbuhan jasad hidup dapat di tinjau dari dua segi, yaitu pertumbuhan secara individu dan kelompok dalam satu populasi.
            Pertumbuhan individu dapat di artikan sebagai adanya penambahan volume sel serta bagian-bagian lainnya dan di artikan pula sebagai penabahan kuantitas isi dan kandungan di dalam selnya.Pertumbuhan populasi merupakan akibat adanya pertumbuhan individu.Pada mikroba pertumbuhan dapat langsung menjadi pertumbuhan populasi. Sehingga antara batas pertumbuhan sel sebagai individu serta satu kesatuan populasi yang kemudian terjadi, kadang-kadang karena terlalu cepat, sulit di amati dan dibedakan (Suriawiria, 2005; 86).
            Pada pertumbuhan populasi bakteri misalnya, merupakan penggambaran jumlah atau massa sel yang terjadi pada saat tertentu.kadang-kadang di dapatkan bahwa konsentrasi sel sesuai dengan jumlah sel per unit volume, sedang kerapatan sel adalah jumlah materi per unit volume (Suriawiria, 2005; 86)
A.    Fase Pertumbuhan Mikroba
Menurut Purwoko (2007; 33), fase dalam pertumbuhan mikroba telah di kenal luas oleh ahli mikrobiologi. Terdapat 4 fase pertumbuhan mikroba ketika di tumbuhkan pada kultur curah (batch culture), yaitu fase adaptasi (lag phase), fase perbanyakan (log phase ), fase satis (stationer phase) dan fase kematian (death phase).
Fase-fase pertumbuhan tersebut bisa di gambarkan dengan kurva.Kurva pertumbuhan mikroba merupakan gambaran dari pertumbuhan secara bertahap sejak awal hingga berhenti mengadakan kegiatan (Suriawiria, 2005; 86).
1.       Fase Adaptasi (Lag Phase)
Selama pertumbuhan ini, pertumbuhan individu tidak secara nyata terlihat.Karena fase ini merupakan fase adaptasi (penyesuaian) ataupun fase pengaturan jasaduntuk suatu kegiatan dalam lingkungan yang mungkin baru, sehingga bentuk kurva selama fase ini umumnya datar (Suriawiria, 2005; 89).
Pada fase adaptasi, tidak di jumpai pertambahan jumlah sel. Akan tetapi, terjadi pertambahan volume sel, karena biasanya pada fase stationer sel melakukan pengecilan ukuran sel. Fase adaptasi dapat di hindari (langsung ke fase perbanyakan), jika sel di media lama dalam kondisi fase perbanyakan dan di pindahkan ke media baru yang sama komposisinya dengan media yang lama  (Purwoko, 2007; 34).
2.      Fase Perbanyakan (Log Phase )
Setelah sel memperoleh kondisi ideal dalam pertumbuhannya, sel melakukan pembelahan yang di sebut dengan fase log atau fase perbanyakan (Purwoko, 2007; 34). Perubahan bentuk dan peningkatan jumlah individu akan terjadi pada fase ini sehingga bentuk kurva meningkat dengan tajam (menanjak). Peningkatan ini harus di imbangi dengan banyak factor lingkungan.
Pada fase perbanyakan sel, produk senyawa yang di inginkan oleh manusia terbentuk yang merupakan sekresi sel bakteri, seperti etanol, asam laktat, dan asam organic lainnya, asam amino, asam lemak dan lainnya (Purwoko, 2007; 34).
3.      Fase Statis (Stationer Phase)
Pengurangan sumber nutrien serta factor-faktor lainnya yang terkandung di dalam jasadnya sendiri, mencapai puncak pertumbuhan pada titik yang tidak bisa di lampaui lagi, sehingga pada fase ini gambaran kurva akan mendatar. Populasi jasad hidup yang memcapai maksimal stationer yang konstan di sebut dalam konsentrasi M (Suriawiria, 2005; 91).
Pada fase statis, biasanya sel elakukan adaptasi terhadap kondisi yang kurang menguntungkan.Adaptasi itu menghasilkan senya yang di inginkan manusia misalnya antibiotic dan antioksidan (Purwoko, 2007; 34).



4.      Fase Kematian (Death Phase)
Ini merupakan akhir dan suatu kurva dimana jumlah individu secara tajam akan menurun sehingga kurva tampaknya akan mendekati titik awal kembali (Suriawiria, 2005; 91). Penyebab utama adalah autolysis sel serta penurunan energy seluler.      
Gambar 1. Kurva pertumbuhan mikroba

B.     Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba
Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh lingkungan.Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan sifat fisiologi mikroba.Beberapa golongan mikroba sangat tahan terhadap perubahan lingkungan sehingga cepat dapat penyesuaikan diri. Ada pula golongan mikroba yang sama sekali peka terhadap perubahan lingkungan hingga tidak dapat menyeseuaikan diri.
Faktor lingkungan penting artinya dalam usaha mengendalikan kegiatan mikroba. Baik untuk kepentingan proses ataupun pengendalian. Lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan mikroba, dapat berbentuk lingkungan abiotik (fisik dan kimia), dapat pula lingkungan biotik (biologis) yaitu :
1.      Lingkungan Abiotik
a.      Temperatur
Temperatur merupakan salah satu faktor yang penting dalam kehidupan.Beberapa jenis mikroba dapat hidup pada daerah temperatur yang luas sedangkan jenis lainya pada daerah yang terbatas. Temperatur minimum suatu jenis mikroba ialah temperatur paling rendah dimana kegiatan mikroba masih dapat berlangsung.Temperatur optimum adalah temperatur yang paling sesuai/baik untuk kehidupan mikroba, temperatur maksimum adalah temperatur teringgi yang masih dapat
Gambar. 2 Grafik golongan mikroba berdasarkan temperatur
digunakan untuk kegiatan mikroba, tetapi pada tingkatan kegiatan fisiologi yang paling minimal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi titik kematian termal antara lain waktu, temperatur, kelembapan, bentuk dan jenis spora, umum mikroba, Ph dan komposisi medium. Kelembapan pada temperatur tinggi akan mempercepat koagulasi (penggumpalan) protein. Misalnya spora Bacillus anthracis pada temperatur 1600C, dalam keadaan kering mati setelah 90 menit sedang pada temperatur 1000c dalam keadaan lembab mati setelah 10 menit.
Berdasarkan daerah temperatur, kegitan mikroba dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
1)      Mikroba psikrofilik yaitu golongan mikroba yang dapat tumbuh pada daerah temperatur antara 0-300C, dengan temperatur optimum 150C. Kebanyakan dari golongan ini tumbuh ditempat-tempat dingin.
2)      Mikroba mesofilik yaitu golongan mikroba yang mempunyai temperatur optimum untuk pertumbuhan antara 25-370C dengan temperatur optimum 320C. Umumnya hidup didalam alat pencernaan, kadang kadang ada juga yang hidup dengan baik pada temperatur sekitae 400C.
3)      Mikroba termofilik adalah golongan mikroba yang dapat tumbuh pada daerah temperatur tinggi, optimum diantara 55-600C, minimum 400C sedangkan maksimum 750C. Golongan terdapat didalam sumber-sumber air panas dan tempat-tempat lain
yang temperatur lebih tinggi dan 550C, misal pada buangan air pendingin.
Telah diketahui bahwa dalam reaksi kimia, kenaikan temeratur akan menaikan kecepatan reaksi, misal tiap kenaikan 100 dapat mempercepat reaksi antara 2-3 kali lipat. Pada umumnya untuk membunuh mikroba dengan pemanasan lebih mudah pada reaksi medium asam atau alkalis, kalau dibandingkan dengan reaksi medium netral. Karena didalam keadaan netral waktu pemanasan yang diperlakukan untuk membunuh akan lebih lama.
Kematian mikroba pada temperatur rendah disebabkan oleh terjadinya perubahan keadaan kolonial protoplasma yang tidak reversibel. Penurunan temperatur yang tiba-tiba dibawah titik beku dapat menyebabkan kematian, akan tetapi penurunan temperatur secara bertingkat hanya menghentikan kegiatan metabolisma untuk sementara saja. Bila susupensi bakteri didinginkan dengan cepat dari 450C, maka jumlah bakteri yang mati dapat mencapai 95%, tetapi pendinginan secara bertingkat menyebabkan jumlah kematian tersebut akan berkurang.
b.      Kelembapan
Untuk pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembapan yang tinggi diatas 85%, sedang untuk jamur dan aktinomiset diperlukan kelembapan yang rendah dibawah 80%.Kadar air bebas dalam larutan merupakan nilai perbandingan antara tekanan uap air larutan dengan tekanan uap iar murni, atau 1 /100 dari kelembapan relatif.

Gambar 3. Kelembapan
 
Banyak mikroba yang tahan hidup dalam keadaan kering untuk waktu lama, seperti dalam bentuk spora, konidia, artospora, klamidospora dan kista.Seperti halnya pada pembekuan, proses pengeringan protoplasma, menyebabkan kegiatan metabolisma terhneti. Pengeringan secara perlahan-lahan menyebabkan perusakan sel akibat pengaruh tekanan osmosa dan pengaruh lainya dengan naiknya kadar zat terlarut.

c.       Tekanan osmosa
Larutan hipertonis menghambat pertumbuhan karena dapat menyebabkan plasmolisa.Tekanan osmosa tinggi banyak digunakan dalam parktek untuk pengawetan bahan-bahan makanan, seperti pengawetan ikan dengan penambahan garam, pengawetan buah-buahan dengan penambahan gula dan sebagainya.
Gambar 4. Tekanan osmosis dalam pertumbuhan mikroba
Beberpa mikroba dapat menyesuaikan diri terhadap kadar garam atau kadar gula yang tinggi, antara lain ragi yang osmofil (dapat tumbuh pada kadar garam tinggi) bahkan beberapa mikroba dapat tahan dalam subtrat dengan kadar garam sampai 30%, golongan ini bersifat halodurik.

d.      Ph
Batas pH untuk pertumbuhan jasad merupakan suatu gambaran dari batas ph bagi kegiatan enzim.Untuk tiap jasad dikenal nilai pH minimum, optimum dan maksimum. Bakteri memerlukan nilai Ph ANTARA 6,5-7,5. Ragi antara 4,0 – 4,5, sedang jamur dan aktinomeset tertntu mempunyai daerah Ph yang luas.


Gambar 5. Batas pH
 


Atas dasar daerah, Ph bagi kehidupan mikroba, dibedakan adanya 3 golongan besar yaitu :
a.      Mikroba yang asidofilik, yaitu yang dapat tumbuh pada ph antara 5,5 -5,0.
b.      Mikroba yang mesofilik yaitu yang dapat tumbuh pada Ph ANTARA 5,5 – 8,0.
c.       Mikroba yang alkafilik, yaitu yang dapat tumbuh pada Ph antara 8,7 -9,5.
e.       Senyawa Toksik
Ion-ion logam berat seperti Hg, Cu, Au, Zn, Li dan Pb walalupun pada kadar yang sangat rendah akan bersifat toksik terhadap mikroba, karena ion-ion logam berat dapat bereaksi dengan gugus senyawa sel. Daya bunuh logam berat dapat bereaksi dengan gugusan senyawa sel. Daya bunuh logam berat pada kadar rendah disebut oligodinamik. Misalnya Hg2 yang bergabung dengan gugusan sulfidril (-SH) pada enzim akan menghambat kegiatan enzim tersebut. beberapa kation seperti Li+ dan Zn2+ bersifat toksik terhadap bakter, sehingga akibatnya kegiatan enzim terhenti, karena kation semacam ini bersidar antagonis terhadap H+. Apabila nilai pH dinaikan maka peracunan Li+ dan Zn2+  dapat dikurangi sehingga antagonisme dapat berbalik.

f.       Arus listrik
Gambar 6. Contoh arus listrik
Arus listrik bolak balik ataupun searah yang bertegangan tinggi dapat menyebabkan elektrolisis bahan penyusun medium.Arus listrik dapat juga menghasilkan panas yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Karena sel didalam suspensi listrik, maka kehidupan mikroba akan terganggu/terhenti.
g.      Radiasi
Pada umumnya cahaya mempunyai daya merusak kepada sel mikroba yang tidak mempunyai pigmen fotosintesis.Sedang cahaya dengan gelombang pendek dapat berpengaruh terhadap jasad hidup.Sinar dengan gelombang panjang juga mempunyai daya fotodinamik dan daya biofisik, misalnya cahaya matahari. Jika energi radiasi diserap
Gambar 7. Sinar matahari adalah salah satu contoh r
 


oleh sel mikroba akan menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel, ionisasi molekul tertentu dari protoplasma dapat menyebabkan kematian, perubahan genetik ataupun dapat pula menghambat pertumbuhan. Energi radiasi dari sinar X, sinar gamma dan terutama sinar ultraviolet banyak digunakan dalam praktek strelisasi, pengawetan bahan makanan dan untuk mendapatkan muatan.



h.      Tegangan muka
Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaanya akan menyerupai membran yang elastis, dan ini dapat mempengaruhi kehidupan mikroba. Protoplasma mikroba terdapat didalam sel yang dilindungi dingding sel. Dengan adanya perubahan bahan pada tegangan muka dinding sel, akan mempengaruhi permukaan protoplasma, yang akibatnya dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perubahan bentuk morfologinya, senyawa seperti sabun dan detergen dapat mempengaruhi tegangan permukaan antara udara dan cairan sehingga menaikan kemampuan air untuk membasahinya, seperti oleh Tween 80, Triton A20 dsb.
Bakteri yang hidup dalam alat pencernaan dapat berkembang biak dalam medium yang mempunyai tegangan permukaan relatif rendah, walaupun kebanyakan lebih menyukai tegangan permukaan yang relatif tinggi.




Gambar 8. Contoh tegangan dimuka pada air
 



i.        Tekanan hidrosttatik dan Mekanik
Gambar 9. Tekanan hidrostatik dan mekanik pada samuedra pasifik
Beberapa jenis mikroba dapat hidup didalam Samudra Pasifik dengan tekanan lebih dari 1.208 Kg tiap cm persegi, dan kelompok ini disebut mikroba barofilik. Selain itu tekanan yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya beberapa reaksi kimia pengecilan volume koloid organik enzim. Molekul dan juga menaikan viskositas cairan serta dissosiasi elektrolit.Sedang tekanan diatas 7.500 kg/cm2 dapat menyebabkan denaturasi protein. Perubahan-perubahan ini mempengaruhi proses biologi sel jasad hidup.

1.      Lingkungan Biotik
a.      Bebas Hama
Dalam percobaan sering diperlakukan hewan percobaan yang sejak lahir harus bebas dari semua jenis mikroorganisme.Sejak lahir harus bebas dari semua jenis mikroorganisme hewan percobaan yang bebas dari mikroba tersebut disebut kehidupan aksenik atau kehidupan tanpa benda-benda asing.
Hewan aksenik yang telah diinfeksi dengan suatu jasad disebut gnotobiosis dan hasilnya dapat menimbulkan hal-hal yang penting, misalnya marmutgnotobiosis yang diinfeksi patogen entamoeba histolystica tidak menderita sakit disentri, sedangkan marmut biasa akan segera sakit jika dikenai jasad tersebut. hal ini disebabkan karena dalam usus marmut gnotobiosis tidak terdapat bakteri yang berfungsi sebagai makanan E. Histolytica.

b.      Asosiasi
Simbiosis adalah asosiasi diantara dua atau lebih jasad, dimana sedikitnya satu jenis mendapatkan keuntungan sedangkan jenis lainya mungkin mengalami kerugian, atau mungkin keuntungan.Berdasarkan kepada bentuk dan sifat simbiosis jasad hidup dapat dibagi kedalam enam golongan.
1)      Komensalisma
Adalah bentuk asosiasi yang sangat renggang, dimana salah satu jenis mendapatkan keuntungan sedangkan lainya tidak mendapatkan keuntungan.
2)      Mutualisma
Adalah bentuk asosiasi dimana masing-masing jenis mendapatkan keuntungan.Sering kata simbiosis dipakai untuk menyatakan bentuk asosiasi yang mutualistik tetapi sekarang lebih banyak digunakan istilah mutualisma.Sebagai contoh mutualisma antara bakteri Rhizobium dengan polong-polongan.
3)      Parasitissma
Adalah bentuk asosiasi diantara parasit dengan jasad inang.Jasad parasit yang obligat dapat merusak jasad inang dan pada akhirnya memusnahkan parasitnya sendiri, karena matinya jasad inang sebagai sumber kehidupan.
4)      Antibiosa
Adalah bentuk asosiasi kehidupan yang menyebabkan salah satu pihak didalamnya akan terbunuh atau terhambat pertumbuhanya yang diakibatkan oleh senyawa yang dihasilkan jasad lain. Peristiwa antibiosis sebenarnya merupakan usaha dari jasad untuk melindungi dirinya.Mekanisme perlindungan semacam ini ialah akibat terbentuknya hasil metabolisme, baik yang merupakan hasil sisa taupun yang merupakan hasil sintesis. Hasil ini dapat berupa senyawa asam atau senyawa lain yang dapat merubah faktor lingkungan. Senyawa hasil sintesis dapat bersifat racun, sesperti toksin dan antibiotika.

5)      Sinergisima
Adalah bentuk asosiasi kehidupan yang menyebabkan terjadinya kemampuan untuk melakukan perubahan kimia dalam subtrat. Tanpa sinergisme, masing-masing jasad tidak akan dapat melangsungkan proses tersebut.

6)      Sintropisma
Adalah kegiatan bersama dari jasad terhadap sumber nutrisi. Proses ini penting dalam penguraian bahan organik tanah dalam proses pengolahan air buangan. Misalnya sintropisma diantara jasad A, B, C, D, dan E dalam penguraian zat x. Zat X hanya dapat diuraikan sedikit oleh jasad A tetapi hasil pemecahanya dapat merangsang perkembangan jasad B yang selanjutnya menghasilkan zat yang diperlukan oleh jasad C dan seterusnya hingga pada jasad E juga dirancang dengan menghasilkan senyawa yang sangat merangsang jasad A, itu memungkinkan A untuk asimilasi (menguraikan) zat x lebih mudah. Jadi hasil sintropisma anatara A, B, C, D. Dan E ialah perkembangan yang pesar dari masing-masing jasad dan terurainya zat X.

C.    Perkembangbiakan Pada Mikroba
Reproduksi Bakteri ialah perkembangbiakan bakteri. Bakteri mengadakan pembiakan dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Pembiakan secara aseksual dilakukan dengan pembelahan, sedangkan pembiakan seksual dilakukan dengan cara transformasi, transduksi , dan konjugasi. Namun, proses pembiakan cara seksual berbeda dengan eukariota lainnya. Sebab, dalam proses pembiakan tersebut tidak ada penyatuan inti sel sebagaimana biasanya pada eukarion, yang terjadi hanya berupa pertukaran materi genetika ( rekombinasi genetik ).Berikut ini beberapa cara pembiakan bakteri
Ø  Reproduksi Aseksual
a.       Pembelahan Binner
Perbanyakan sel dengan cara ini, kecepatan pembelahan sel ditentukan dengan waktu generasi. Waktu generasi adalah waktu yang dibutuhkan oleh sel untuk membelah , dimana dalam pembelahannya bervariasi tergantung dari spesies dan kondisi pertumbuhan. Pembelahan biner yang terjadi pada bakteri adalah pembelahan biner melintang yaitu suatu proses reproduksi aseksual, setelah pembentukan dinding sel melintang, maka satu sel tunggal membelah menjadi dua sel yang disebut dengan sel anak.
Pembelahan Biner dapat dibagi atas tiga fase, yaitu sebagai berikut
1.      Fase pertama, sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus.
2.      Fase kedua, tumbuhnya sekat akan diikuti oleh dinding melintang.
3.       Fase ketiga, terpisahnya kedua sel anak yang identik.
Ada bakteri yang segera berpisah dan terlepas sama sekali. Sebaliknya, ada pula bakteri yang tetap bergandengan setelah pembelahan, bakteri demikian merupakan bentuk koloni. Pada keadaan normal bakteri dapat mengadakan pembelahan setiap 20 menit sekali. Jika pembelahan berlangsung satu jam, maka akan dihasilkan delapan anakan sel
Penjelasan.Gambar 1 Pembelahan Binner :
1. Replikasi DNA dan elongasi
2. Dinding sel membran plasma membelah
3. Septum terbentuk dan DNA terpisah
4. Sel terpisah menjadi 2 (pemisahan sel menjadi dua) dan setiap sel mengulangi proses
Ø  Reproduksi secara seksual
a.       Transformasi
Merupakan pemindahan sebagian materi genetika dari satu bakteri ke bakteri lain. Pada proses transformasi tersebut ADN bebas sel bakteri donor akan mengganti sebagian dari sel bakteri penerima, tetapi tidak terjadi melalui kontak langsung. Cara transformasi ini hanya terjadi pada beberapa spesies saja, . Contohnya :Streptococcus pnemoniaeu, Haemophillus, Bacillus, Neisseria, dan Pseudomonas. Diguga transformasi ini merupakan cara bakteri menularkan sifatnya ke bakteri lain. Misalnya pada bakteri Pneumococci yang menyebabkan Pneumonia dan pada bakteri patogen yang semula tidak kebal antibiotik dapat berubah menjadi kebal antibiotik karena transformasi
Gambar 2
Reproduksi Transformasi




b.      Transduksi
Merupakan pemindahan sebagian materi genetik dari sel bakteri satu ke bakteri lain dengan perantaraan virus. Selama transduksi, kepingan ganda AND dipisahkan dari sel bakteri donor ke sel bakteri penerima oleh bakteriofage (virus bakteri). Bila virus – virus baru sudah terbentuk dan akhirnya menyebabkan lisis pada bakteri, bakteriofage yang nonvirulen (menimbulakan respon lisogen) memindahkan ADN dan bersatu dengan ADN inangnya, Virus dapat menyambungkan materi genetiknya ke DNA bakteri dan membentuk profag. Ketika terbentuk virus baru, di dalam DNA virus sering terbawa sepenggal DNA bakteri yang diinfeksinya. Virus yang terbentuk memiliki dua macam DNA yang dikenal dengan partikel transduksi (transducing particle). Proses inilah yang dinamakan Transduksi
            Gambar 3 Repoduksi Transduksi




c.       Konjugasi
Merupakan pemindahan sebagian materi genetika dari satu bakteri ke bakteri lain melalui suatu kontak langsung. Artinya, terjadi transfer ADN dari sel bakteri donor ke sel bakteri penerima melalui ujung pilus. Ujung pilus akan melekat pada sel penerima dan AND dipindahkan melalui pilus tersebut. Kemampuan sel donor memindahkan ADN dikontrol oleh faktor pemindahan ( transfer faktor = faktor F )
            Gambar 4 Reproduksi secara Konjugasi



D.           Daur Hidup Mikroba
             Menurut Suriawiria (2005:97) Daur hidup mikroba adalah  rangkaian kehidupan mikroba yang dimulai dari spora, kemudian spora berkecambah membentuk massa sel atau pun tubuh buah dan menghasilkan alat perkembangbiakan kembali. Pada jamur Coprinus, daur hidupnya sangat jelas mulai dari spora berkecambah, membentuk massa hifa atau miselia, membentuk tubuh nyata terlihat juga pada jamur Agaricus atau ragi atau Neurospora.

Kelompok
Jenis mikroba
Waktu generasi
 (jam)
Bakteri heterotrofik
Bacillus megaterium
Escherchia coli
Rhizobium meliloti
Treponema pallidum
0.58
0.28
1.80
34.0
Bakteri fotosintetik
Chloroseudomonas ethylicum
Rhodopseudomonas spheriodes
Rhodospirillum ribrum
7.0
2.4
5.0
Ragi
Saccharomyces caudatum
2.0
Protozoa
Paramecium caudatum
Stentor coureleus
Tetrahymena geleti
10.5
32.0
3.0

                Menurut Suriawiria (2005:98) Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus hidup antara lain:
1. Kandungan unsur yang terdapat dalam media
2. PH media
3. Kadar air media
4. Temperatur
5. Cahaya
6. Sirkulasi oksigen
7. Kelembaban
Gambar . Daur Hidup Sacharomyces cerevisae
Saccharomyces cerevisiae dapat bertunas sehingga membentuk rantai sel yang menyerupai hifa atau hifa semu. Saccharomyces cerevisiae dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual. Perkembangbiakan aseksual diawali dengan menonjolnya dinding sel ke luar membentuk tunas kecil. Tonjolan membesar dan sitoplasma mengalir ke dalamnya sehingga sel menyempit pada bagian dasarnya. Selanjutnya nukleus dalam sel induk membelah secara mitosis dan satu anak inti bergerak ke dalam tunas tadi. Sel anak kemudian memisahkan diri dari induknya atau membentuk tunas lagi hingga membentuk koloni. Dalam keadaan optimum satu sel dapat membentuk koloni dengan 20 kuncup.Perkembangbiakan seksual terjadi jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan. Pada prosesnya, sel Saccharomyces cerevisiae berfungsi sebagai askus. Nukleusnya yang diploid (2n) membelah secara meiosis, membentuk empat sel haploid (n).Inti-inti haploid tersebut akan dilindungi oleh dinding sel sehingga membentuk askospora haploid (n). Dengan perlindungan ini askospora lebih tahan terhadap lingkungan buruk. Selanjutnya, empat askospora akan tumbuh dan menekan dinding askus hingga pecah, akhirnya spora menyebar. Jika spora jatuh pada tempat yang sesuai, sel-sel baru akan tumbuh membentuk tunas, sebagaimana terjadi pada fase aseksual. Dengan demikian Saccharomyces cerevisiae mengalami fase diploid (2n) dan fasehaploid (n)

1 komentar: