MATERI
PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN MIKROBA
|
Mempelajari
pertumbuhan bakteri merupakan factor terpenting dalam mengetahui beberapa aspek
fisiologi.Hal ini karena karakteristik pertumbuhan mencerminkan kejadian
fisiologis suatu bakteri.Pertumbuhan jasad hidup dapat di tinjau dari dua segi,
yaitu pertumbuhan secara individu dan kelompok dalam satu populasi.
Pertumbuhan
individu dapat di artikan sebagai adanya penambahan volume sel serta
bagian-bagian lainnya dan di artikan pula sebagai penabahan kuantitas isi dan
kandungan di dalam selnya.Pertumbuhan populasi merupakan akibat adanya
pertumbuhan individu.Pada mikroba pertumbuhan dapat langsung menjadi
pertumbuhan populasi. Sehingga antara batas pertumbuhan sel sebagai individu
serta satu kesatuan populasi yang kemudian terjadi, kadang-kadang karena
terlalu cepat, sulit di amati dan dibedakan (Suriawiria, 2005; 86).
Pada
pertumbuhan populasi bakteri misalnya, merupakan penggambaran jumlah atau massa
sel yang terjadi pada saat tertentu.kadang-kadang di dapatkan bahwa konsentrasi
sel sesuai dengan jumlah sel per unit volume, sedang kerapatan sel adalah
jumlah materi per unit volume (Suriawiria, 2005; 86)
A.
Fase
Pertumbuhan Mikroba
Menurut Purwoko (2007; 33), fase dalam
pertumbuhan mikroba telah di kenal luas oleh ahli mikrobiologi. Terdapat 4 fase
pertumbuhan mikroba ketika di tumbuhkan pada kultur curah (batch culture),
yaitu fase adaptasi (lag phase), fase perbanyakan (log phase ), fase satis
(stationer phase) dan fase kematian (death phase).
Fase-fase pertumbuhan tersebut bisa di
gambarkan dengan kurva.Kurva pertumbuhan mikroba merupakan gambaran dari
pertumbuhan secara bertahap sejak awal hingga berhenti mengadakan kegiatan
(Suriawiria, 2005; 86).
1.
Fase Adaptasi (Lag Phase)
Selama pertumbuhan ini, pertumbuhan
individu tidak secara nyata terlihat.Karena fase ini merupakan fase adaptasi
(penyesuaian) ataupun fase pengaturan jasaduntuk suatu kegiatan dalam
lingkungan yang mungkin baru, sehingga bentuk kurva selama fase ini umumnya
datar (Suriawiria, 2005; 89).
Pada fase adaptasi, tidak di jumpai
pertambahan jumlah sel. Akan tetapi, terjadi pertambahan volume sel, karena
biasanya pada fase stationer sel melakukan pengecilan ukuran sel. Fase adaptasi
dapat di hindari (langsung ke fase perbanyakan), jika sel di media lama dalam
kondisi fase perbanyakan dan di pindahkan ke media baru yang sama komposisinya
dengan media yang lama (Purwoko, 2007;
34).
2.
Fase
Perbanyakan (Log Phase )
Setelah sel memperoleh kondisi ideal dalam
pertumbuhannya, sel melakukan pembelahan yang di sebut dengan fase log atau
fase perbanyakan (Purwoko, 2007; 34). Perubahan bentuk dan peningkatan jumlah
individu akan terjadi pada fase ini sehingga bentuk kurva meningkat dengan
tajam (menanjak). Peningkatan ini harus di imbangi dengan banyak factor
lingkungan.
Pada fase perbanyakan sel, produk senyawa
yang di inginkan oleh manusia terbentuk yang merupakan sekresi sel bakteri,
seperti etanol, asam laktat, dan asam organic lainnya, asam amino, asam lemak
dan lainnya (Purwoko, 2007; 34).
3.
Fase
Statis (Stationer Phase)
Pengurangan sumber nutrien serta
factor-faktor lainnya yang terkandung di dalam jasadnya sendiri, mencapai
puncak pertumbuhan pada titik yang tidak bisa di lampaui lagi, sehingga pada
fase ini gambaran kurva akan mendatar. Populasi jasad hidup yang memcapai
maksimal stationer yang konstan di sebut dalam konsentrasi M (Suriawiria, 2005;
91).
Pada fase statis, biasanya sel elakukan
adaptasi terhadap kondisi yang kurang menguntungkan.Adaptasi itu menghasilkan
senya yang di inginkan manusia misalnya antibiotic dan antioksidan (Purwoko,
2007; 34).
4.
Fase
Kematian (Death Phase)
Ini merupakan akhir dan suatu kurva dimana
jumlah individu secara tajam akan menurun sehingga kurva tampaknya akan
mendekati titik awal kembali (Suriawiria, 2005; 91). Penyebab utama adalah
autolysis sel serta penurunan energy seluler.
Gambar
1. Kurva pertumbuhan mikroba
|
B.
Faktor
Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba
Aktivitas
mikroba dipengaruhi oleh lingkungan.Perubahan yang terjadi dalam lingkungan
dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan sifat fisiologi
mikroba.Beberapa golongan mikroba sangat tahan terhadap perubahan lingkungan
sehingga cepat dapat penyesuaikan diri. Ada pula golongan mikroba yang sama
sekali peka terhadap perubahan lingkungan hingga tidak dapat menyeseuaikan
diri.
Faktor
lingkungan penting artinya dalam usaha mengendalikan kegiatan mikroba. Baik
untuk kepentingan proses ataupun pengendalian. Lingkungan yang sangat
berpengaruh terhadap kehidupan mikroba, dapat berbentuk lingkungan abiotik
(fisik dan kimia), dapat pula lingkungan biotik (biologis) yaitu :
1.
Lingkungan
Abiotik
a.
Temperatur
Temperatur merupakan salah satu faktor
yang penting dalam kehidupan.Beberapa jenis mikroba dapat hidup pada daerah
temperatur yang luas sedangkan jenis lainya pada
daerah yang terbatas. Temperatur minimum suatu jenis
mikroba ialah temperatur paling rendah dimana kegiatan mikroba masih dapat
berlangsung.Temperatur optimum adalah temperatur yang paling sesuai/baik untuk
kehidupan mikroba, temperatur maksimum adalah temperatur teringgi yang masih
dapat
Gambar.
2 Grafik golongan mikroba berdasarkan temperatur
|
Faktor-faktor yang mempengaruhi titik
kematian termal antara lain waktu, temperatur, kelembapan, bentuk dan jenis
spora, umum mikroba, Ph dan komposisi medium. Kelembapan pada temperatur tinggi
akan mempercepat koagulasi (penggumpalan) protein. Misalnya spora Bacillus anthracis pada temperatur 1600C,
dalam keadaan kering mati setelah 90 menit sedang pada temperatur 1000c
dalam keadaan lembab mati setelah 10 menit.
Berdasarkan daerah temperatur, kegitan
mikroba dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
1)
Mikroba
psikrofilik yaitu golongan mikroba yang dapat tumbuh pada daerah temperatur
antara 0-300C, dengan temperatur optimum 150C. Kebanyakan
dari golongan ini tumbuh ditempat-tempat dingin.
2)
Mikroba
mesofilik yaitu golongan mikroba yang mempunyai temperatur optimum untuk
pertumbuhan antara 25-370C dengan temperatur optimum 320C.
Umumnya hidup didalam alat pencernaan, kadang kadang ada juga yang hidup dengan
baik pada temperatur sekitae 400C.
3)
Mikroba
termofilik adalah golongan mikroba yang dapat tumbuh pada daerah temperatur
tinggi, optimum diantara 55-600C, minimum 400C sedangkan
maksimum 750C. Golongan terdapat didalam sumber-sumber air panas dan
tempat-tempat lain
yang temperatur lebih tinggi dan 550C, misal pada buangan
air pendingin.
Telah diketahui
bahwa dalam reaksi kimia, kenaikan temeratur akan menaikan kecepatan reaksi,
misal tiap kenaikan 100 dapat mempercepat reaksi antara 2-3 kali
lipat. Pada umumnya untuk membunuh mikroba dengan pemanasan lebih mudah pada
reaksi medium asam atau alkalis, kalau dibandingkan dengan reaksi medium
netral. Karena didalam keadaan netral waktu pemanasan yang diperlakukan untuk
membunuh akan lebih lama.
Kematian mikroba
pada temperatur rendah disebabkan oleh terjadinya perubahan keadaan kolonial
protoplasma yang tidak reversibel. Penurunan temperatur yang tiba-tiba dibawah
titik beku dapat menyebabkan kematian, akan tetapi penurunan temperatur secara
bertingkat hanya menghentikan kegiatan metabolisma untuk sementara saja. Bila
susupensi bakteri didinginkan dengan cepat dari 450C, maka jumlah
bakteri yang mati dapat mencapai 95%, tetapi pendinginan secara bertingkat
menyebabkan jumlah kematian tersebut akan berkurang.
b.
Kelembapan
Untuk pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan
kelembapan yang tinggi diatas 85%, sedang untuk jamur dan aktinomiset
diperlukan kelembapan yang rendah dibawah 80%.Kadar air bebas dalam larutan
merupakan nilai perbandingan antara tekanan uap air larutan dengan tekanan uap
iar murni, atau 1 /100 dari kelembapan relatif.
Gambar 3. Kelembapan
|
Banyak mikroba yang tahan hidup dalam
keadaan kering untuk waktu lama, seperti dalam bentuk spora, konidia,
artospora, klamidospora dan kista.Seperti halnya pada pembekuan, proses
pengeringan protoplasma, menyebabkan kegiatan metabolisma terhneti. Pengeringan
secara perlahan-lahan menyebabkan perusakan sel akibat pengaruh tekanan osmosa
dan pengaruh lainya dengan naiknya kadar zat terlarut.
c.
Tekanan
osmosa
Larutan hipertonis menghambat pertumbuhan
karena dapat menyebabkan plasmolisa.Tekanan osmosa tinggi banyak digunakan
dalam parktek untuk pengawetan bahan-bahan makanan, seperti pengawetan ikan
dengan penambahan garam, pengawetan buah-buahan dengan penambahan gula dan
sebagainya.
Gambar 4. Tekanan osmosis dalam pertumbuhan mikroba
|
d.
Ph
Batas pH untuk pertumbuhan jasad merupakan suatu
gambaran dari batas ph bagi kegiatan enzim.Untuk tiap jasad dikenal nilai pH
minimum, optimum dan maksimum. Bakteri memerlukan nilai Ph ANTARA 6,5-7,5. Ragi
antara 4,0 – 4,5, sedang jamur dan aktinomeset tertntu mempunyai daerah Ph yang
luas.
Gambar 5. Batas pH
|
Atas dasar daerah, Ph bagi kehidupan
mikroba, dibedakan adanya 3 golongan besar yaitu :
a.
Mikroba
yang asidofilik, yaitu yang dapat tumbuh pada ph antara 5,5 -5,0.
b.
Mikroba
yang mesofilik yaitu yang dapat tumbuh pada Ph ANTARA 5,5 – 8,0.
c.
Mikroba
yang alkafilik, yaitu yang dapat tumbuh pada Ph antara 8,7 -9,5.
e.
Senyawa
Toksik
Ion-ion logam berat seperti Hg, Cu, Au,
Zn, Li dan Pb walalupun pada kadar yang sangat rendah akan bersifat toksik
terhadap mikroba, karena ion-ion logam berat dapat bereaksi dengan gugus
senyawa sel. Daya bunuh logam berat dapat bereaksi dengan gugusan senyawa sel.
Daya bunuh logam berat pada kadar rendah disebut oligodinamik. Misalnya Hg2
yang bergabung dengan gugusan sulfidril (-SH) pada enzim akan menghambat
kegiatan enzim tersebut. beberapa kation seperti Li+ dan Zn2+ bersifat
toksik terhadap bakter, sehingga akibatnya kegiatan enzim terhenti, karena
kation semacam ini bersidar antagonis terhadap H+. Apabila nilai pH
dinaikan maka peracunan Li+ dan Zn2+ dapat dikurangi sehingga antagonisme dapat
berbalik.
f.
Arus
listrik
Gambar 6. Contoh arus listrik
|
g.
Radiasi
Pada umumnya cahaya mempunyai daya merusak kepada
sel mikroba yang tidak mempunyai pigmen fotosintesis.Sedang cahaya dengan
gelombang pendek dapat berpengaruh terhadap jasad hidup.Sinar dengan gelombang
panjang juga mempunyai daya fotodinamik dan daya biofisik, misalnya cahaya
matahari. Jika energi radiasi diserap
Gambar 7. Sinar matahari adalah salah satu contoh r
|
oleh sel mikroba akan menyebabkan
terjadinya ionisasi komponen sel, ionisasi molekul tertentu dari protoplasma
dapat menyebabkan kematian, perubahan genetik ataupun dapat pula menghambat
pertumbuhan. Energi radiasi dari sinar X, sinar gamma dan terutama sinar
ultraviolet banyak digunakan dalam praktek strelisasi, pengawetan bahan makanan
dan untuk mendapatkan muatan.
h.
Tegangan
muka
Tegangan muka mempengaruhi cairan
sehingga permukaanya akan menyerupai membran yang elastis, dan ini dapat
mempengaruhi kehidupan mikroba. Protoplasma mikroba terdapat didalam sel yang
dilindungi dingding sel. Dengan adanya perubahan bahan pada tegangan muka dinding
sel, akan mempengaruhi permukaan protoplasma, yang akibatnya dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perubahan bentuk morfologinya, senyawa seperti sabun dan
detergen dapat mempengaruhi tegangan permukaan antara udara dan cairan sehingga
menaikan kemampuan air untuk membasahinya, seperti oleh Tween 80, Triton A20
dsb.
Bakteri yang hidup dalam alat
pencernaan dapat berkembang biak dalam medium yang mempunyai tegangan permukaan
relatif rendah, walaupun kebanyakan lebih menyukai tegangan permukaan yang
relatif tinggi.
Gambar 8. Contoh tegangan dimuka pada air
|
i.
Tekanan
hidrosttatik dan Mekanik
Gambar 9. Tekanan hidrostatik dan mekanik pada
samuedra pasifik
|
1.
Lingkungan
Biotik
a.
Bebas
Hama
Dalam percobaan sering diperlakukan hewan
percobaan yang sejak lahir harus bebas dari semua jenis mikroorganisme.Sejak
lahir harus bebas dari semua jenis mikroorganisme hewan percobaan yang bebas
dari mikroba tersebut disebut kehidupan aksenik atau kehidupan tanpa
benda-benda asing.
Hewan aksenik yang telah diinfeksi dengan
suatu jasad disebut gnotobiosis dan hasilnya dapat menimbulkan hal-hal yang
penting, misalnya marmutgnotobiosis yang diinfeksi patogen entamoeba
histolystica tidak menderita sakit disentri, sedangkan marmut biasa akan segera
sakit jika dikenai jasad tersebut. hal ini disebabkan karena dalam usus marmut
gnotobiosis tidak terdapat bakteri yang berfungsi sebagai makanan E. Histolytica.
b.
Asosiasi
Simbiosis adalah asosiasi diantara dua
atau lebih jasad, dimana sedikitnya satu jenis mendapatkan keuntungan sedangkan
jenis lainya mungkin mengalami kerugian, atau mungkin keuntungan.Berdasarkan
kepada bentuk dan sifat simbiosis jasad hidup dapat dibagi kedalam enam
golongan.
1)
Komensalisma
Adalah bentuk asosiasi yang sangat
renggang, dimana salah satu jenis mendapatkan keuntungan sedangkan lainya tidak
mendapatkan keuntungan.
2)
Mutualisma
Adalah bentuk asosiasi dimana
masing-masing jenis mendapatkan keuntungan.Sering kata simbiosis dipakai untuk
menyatakan bentuk asosiasi yang mutualistik tetapi sekarang lebih banyak
digunakan istilah mutualisma.Sebagai contoh mutualisma antara bakteri Rhizobium dengan polong-polongan.
3)
Parasitissma
Adalah bentuk asosiasi diantara parasit
dengan jasad inang.Jasad parasit yang obligat dapat merusak jasad inang dan
pada akhirnya memusnahkan parasitnya sendiri, karena matinya jasad inang
sebagai sumber kehidupan.
4)
Antibiosa
Adalah bentuk asosiasi kehidupan yang
menyebabkan salah satu pihak didalamnya akan terbunuh atau terhambat
pertumbuhanya yang diakibatkan oleh senyawa yang dihasilkan jasad lain. Peristiwa
antibiosis sebenarnya merupakan usaha dari jasad untuk melindungi
dirinya.Mekanisme perlindungan semacam ini ialah akibat terbentuknya hasil
metabolisme, baik yang merupakan hasil sisa taupun yang merupakan hasil
sintesis. Hasil ini dapat berupa senyawa asam atau senyawa lain yang dapat
merubah faktor lingkungan. Senyawa hasil sintesis dapat bersifat racun,
sesperti toksin dan antibiotika.
5)
Sinergisima
Adalah bentuk asosiasi kehidupan yang menyebabkan terjadinya
kemampuan untuk melakukan perubahan kimia dalam subtrat. Tanpa sinergisme,
masing-masing jasad tidak akan dapat melangsungkan proses tersebut.
6)
Sintropisma
Adalah kegiatan bersama dari jasad
terhadap sumber nutrisi. Proses ini penting dalam penguraian bahan organik
tanah dalam proses pengolahan air buangan. Misalnya sintropisma diantara jasad
A, B, C, D, dan E dalam penguraian zat x. Zat X hanya dapat diuraikan sedikit
oleh jasad A tetapi hasil pemecahanya dapat merangsang perkembangan jasad B
yang selanjutnya menghasilkan zat yang diperlukan oleh jasad C dan seterusnya
hingga pada jasad E juga dirancang dengan menghasilkan senyawa yang sangat
merangsang jasad A, itu memungkinkan A untuk asimilasi (menguraikan) zat x
lebih mudah. Jadi hasil sintropisma anatara A, B, C, D. Dan E ialah
perkembangan yang pesar dari masing-masing jasad dan terurainya zat X.
C.
Perkembangbiakan Pada Mikroba
Reproduksi Bakteri ialah perkembangbiakan
bakteri. Bakteri mengadakan pembiakan dengan dua cara, yaitu secara aseksual
dan seksual. Pembiakan secara aseksual dilakukan dengan pembelahan, sedangkan
pembiakan seksual dilakukan dengan cara transformasi, transduksi , dan
konjugasi. Namun, proses pembiakan cara seksual berbeda dengan eukariota
lainnya. Sebab, dalam proses pembiakan tersebut tidak ada penyatuan inti sel
sebagaimana biasanya pada eukarion, yang terjadi hanya berupa pertukaran materi
genetika ( rekombinasi genetik ).Berikut ini beberapa cara pembiakan bakteri
Ø Reproduksi Aseksual
a.
Pembelahan
Binner
Perbanyakan sel dengan cara ini, kecepatan pembelahan sel ditentukan
dengan waktu generasi. Waktu generasi adalah waktu yang dibutuhkan oleh sel
untuk membelah , dimana dalam pembelahannya bervariasi tergantung dari spesies
dan kondisi pertumbuhan. Pembelahan biner yang terjadi pada bakteri adalah pembelahan
biner melintang yaitu suatu proses reproduksi aseksual, setelah pembentukan
dinding sel melintang, maka satu sel tunggal membelah menjadi dua sel yang
disebut dengan sel anak.
Pembelahan Biner dapat dibagi atas
tiga fase, yaitu sebagai berikut
1.
Fase
pertama, sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus.
2.
Fase
kedua, tumbuhnya sekat akan diikuti oleh dinding melintang.
3.
Fase ketiga, terpisahnya kedua sel anak yang
identik.
Ada bakteri yang segera berpisah dan terlepas sama
sekali. Sebaliknya, ada pula bakteri yang tetap bergandengan setelah
pembelahan, bakteri demikian merupakan bentuk koloni. Pada keadaan normal bakteri
dapat mengadakan pembelahan setiap 20 menit sekali. Jika pembelahan berlangsung
satu jam, maka akan dihasilkan delapan anakan sel
Penjelasan.Gambar 1 Pembelahan
Binner :
1. Replikasi DNA dan elongasi
2. Dinding sel membran plasma
membelah
3. Septum terbentuk dan DNA terpisah
4. Sel terpisah menjadi 2 (pemisahan
sel menjadi dua) dan setiap sel mengulangi proses
Ø Reproduksi secara seksual
a.
Transformasi
Merupakan pemindahan sebagian materi
genetika dari satu bakteri ke bakteri lain. Pada proses transformasi tersebut
ADN bebas sel bakteri donor akan mengganti sebagian dari sel bakteri penerima,
tetapi tidak terjadi melalui kontak langsung. Cara transformasi ini hanya
terjadi pada beberapa spesies saja, . Contohnya :Streptococcus pnemoniaeu,
Haemophillus, Bacillus, Neisseria, dan Pseudomonas. Diguga transformasi ini
merupakan cara bakteri menularkan sifatnya ke bakteri lain. Misalnya pada
bakteri Pneumococci yang menyebabkan Pneumonia dan pada bakteri patogen yang
semula tidak kebal antibiotik dapat berubah menjadi kebal antibiotik karena
transformasi
Gambar 2
Reproduksi Transformasi
b.
Transduksi
Merupakan pemindahan sebagian materi
genetik dari sel bakteri satu ke bakteri lain dengan perantaraan virus. Selama
transduksi, kepingan ganda AND dipisahkan dari sel bakteri donor ke sel bakteri
penerima oleh bakteriofage (virus bakteri). Bila virus – virus baru sudah
terbentuk dan akhirnya menyebabkan lisis pada bakteri, bakteriofage yang
nonvirulen (menimbulakan respon lisogen) memindahkan ADN dan bersatu dengan ADN
inangnya, Virus dapat menyambungkan materi genetiknya ke DNA bakteri dan
membentuk profag. Ketika terbentuk virus baru, di dalam DNA virus sering
terbawa sepenggal DNA bakteri yang diinfeksinya. Virus yang terbentuk memiliki
dua macam DNA yang dikenal dengan partikel transduksi (transducing particle).
Proses inilah yang dinamakan Transduksi
Gambar
3 Repoduksi Transduksi
c. Konjugasi
Merupakan pemindahan sebagian materi
genetika dari satu bakteri ke bakteri lain melalui suatu kontak langsung.
Artinya, terjadi transfer ADN dari sel bakteri donor ke sel bakteri penerima
melalui ujung pilus. Ujung pilus akan melekat pada sel penerima dan AND
dipindahkan melalui pilus tersebut. Kemampuan sel donor memindahkan ADN
dikontrol oleh faktor pemindahan ( transfer faktor = faktor F )
Gambar
4 Reproduksi secara Konjugasi
D.
Daur Hidup
Mikroba
Menurut
Suriawiria (2005:97) Daur hidup mikroba adalah
rangkaian kehidupan mikroba yang dimulai dari spora, kemudian spora
berkecambah membentuk massa sel atau pun tubuh buah dan menghasilkan alat
perkembangbiakan kembali. Pada jamur Coprinus, daur hidupnya sangat jelas mulai
dari spora berkecambah, membentuk massa hifa atau miselia, membentuk tubuh
nyata terlihat juga pada jamur Agaricus atau ragi atau Neurospora.
Kelompok
|
Jenis mikroba
|
Waktu generasi
(jam)
|
Bakteri heterotrofik
|
Bacillus megaterium
Escherchia coli
Rhizobium meliloti
Treponema pallidum
|
0.58
0.28
1.80
34.0
|
Bakteri fotosintetik
|
Chloroseudomonas
ethylicum
Rhodopseudomonas
spheriodes
Rhodospirillum
ribrum
|
7.0
2.4
5.0
|
Ragi
|
Saccharomyces
caudatum
|
2.0
|
Protozoa
|
Paramecium caudatum
Stentor coureleus
Tetrahymena geleti
|
10.5
32.0
3.0
|
Menurut Suriawiria (2005:98) Faktor-faktor
yang mempengaruhi siklus hidup antara lain:
1. Kandungan unsur yang terdapat dalam media
2. PH media
3. Kadar air media
4. Temperatur
5. Cahaya
6. Sirkulasi oksigen
7. Kelembaban
Gambar . Daur Hidup Sacharomyces
cerevisae
Saccharomyces
cerevisiae dapat
bertunas sehingga membentuk rantai sel yang menyerupai hifa atau hifa
semu. Saccharomyces cerevisiae dapat berkembang biak secara
seksual dan aseksual. Perkembangbiakan aseksual diawali dengan menonjolnya
dinding sel ke luar membentuk tunas kecil. Tonjolan membesar dan sitoplasma
mengalir ke dalamnya sehingga sel menyempit pada bagian dasarnya. Selanjutnya
nukleus dalam sel induk membelah secara mitosis dan satu anak inti bergerak ke
dalam tunas tadi. Sel anak kemudian memisahkan diri dari induknya atau
membentuk tunas lagi hingga membentuk koloni. Dalam keadaan optimum satu sel
dapat membentuk koloni dengan 20 kuncup.Perkembangbiakan seksual terjadi jika
keadaan lingkungan tidak menguntungkan. Pada prosesnya, sel Saccharomyces
cerevisiae berfungsi sebagai askus. Nukleusnya yang diploid (2n)
membelah secara meiosis, membentuk empat sel haploid (n).Inti-inti haploid
tersebut akan dilindungi oleh dinding sel sehingga membentuk askospora haploid
(n). Dengan perlindungan ini askospora lebih tahan terhadap lingkungan buruk.
Selanjutnya, empat askospora akan tumbuh dan menekan dinding askus hingga
pecah, akhirnya spora menyebar. Jika spora jatuh pada tempat yang sesuai,
sel-sel baru akan tumbuh membentuk tunas, sebagaimana terjadi pada fase aseksual.
Dengan demikian Saccharomyces cerevisiae mengalami fase
diploid (2n) dan fasehaploid (n)
thanks materinya
BalasHapus