Rabu, 23 November 2016

LUMUT SEJATI (BRYOPSIDA)



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Lumut sejati (Bryopsida) atau disebut juga lumut daun juga nama lainnya yaitu Musci adalah anggota tumbuhan tidak berpembuluh dan tumbuhan berspora yang termasuk dalam superdivisi tumbuhan lumut atau Bryophyta. Lumut ini disebut sebagai lumut sejati, karena bentuk tubuhnya seperti tumbuhan kecil yang memiliki bagian akar (rizoid), batang, dan daun. Lumut ini merupakan kelompok lumut terbanyak dibandingkan lumut lainnya yaitu sekitar 10.000 spesies. Kurang lebih terdapat 12.000 jenis lumut daun yang ada di dunia ini.
Lumut daun merupakan tumbuhan kecil yang mempunyai batang semu dan tumbuhnya tegak. Lumut ini tidak melekat pada substratnya, tetapi mempunyai rizoid yang melekat pada tempat tumbunya. Bentuk daunnya berupa lembaran yang tersusun spiral. Contoh spesies lumut daun yang paling terkenal adalah lumut gambut atau Sphagnum sp yang menutup paling tidak 30% permukaan daratan di bumi, dengan kerapatan tertinggi terdapat di kutub utara.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana karakteristik dari lumut sejati (Bryopsida) ?
2.      Bagaimana reproduksi dari lumut sejati (Bryopsida) ?
3.      Bagaimana klasifikasi dari lumut sejati (Bryopsida) ?
4.      Apa peranan dari lumut sejati (Bryopsida) bagi kehidupan ?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Menjelaskan karakteristik lumut sejati (Bryopsida).
2.      Menjelaskan reproduksi lumut sejati (Bryopsida).
3.      Menjelaskan klasifikasi lumut sejati (Bryopsida).
4.      Menjelaskan peranan lumut sejati (Bryopsida) bagi kehidupan.



BAB II
ISI
A.    Karakteristik Lumut Sejati (Bryopsida)
Lumut sejati (Bryopsida) pada umumnya lebih dikenal masyarakat jika dibandingkan dengan lumut hati, karena lumut sejati (Bryopsida) tumbuh pada tempat yang agak terbuka dan bentuknya lebih menarik. Lumut sejati (Bryopsida) dapat tumbuh diatas tanah-tanah gundul yang periodik mengalami masa kekeringan, bahkan diatas pasir yang bergerak pun dapat tumbuh. Selanjutnya lumut-lumut ini dapat dijumpai diantara rumput-rumput, diatas batu-batu cadas, pada batang-batang dan cabang-cabang pohon, di rawa-rawa, tetapi jarang didalam air. Di tempat-tempat yang kering, lumut sejati (Bryopsida) membentuk badan-badan yang yang berupa bantalan, sedangkan yang hidup di tanah-tanah hutan, membentuk lapisan-lapisan seperti permadani (Tjitrosoepomo, Gembong. 2001: 200).
Lumut sejati (Bryopsida) memiliki batang yang tegak, bahkan ada yang seluruhnya merayap tetapi cabangnya tumbuh tegak, bahkan ada yang seluruhnya merayap, baik daun dan cabangnya melengkung kebawah. Meskipun banyak tambahan pada batang disebut daun, tidaklah sama dengan daun pada tumbuhan tingkat tinggi. Tetapi dibandingkan dengan daun pada lumut hati, pada tumbuhan ini bentuknya mirip sekali dengan daun, karena adanya tulang tengah yang nyata. Daun pada lumut sejati (Bryopsida) tersusun radial, dalam spiral atau bilateral, jarang sekali daun-daun itu tersusun dalam dua baris saja.
Spora lumut sejati (Bryopsida) ditempat yang cocok berkecambah merupakan protonema, yang terdiri atas benang-benang berwarna hijau, bersifat fototrop positif, banyak bercabang-cabang, dan dengan mata bisa kelihatan seperti hifa cendrawan yang berwarna hijau. Protonema itu mengeluarkan rizoid-rizoid yang tidak berwarna, terdiri atas banyak sel dengan sekat-sekat miring, bersifat fototrop negatif, masuk kedalam tanah dan bercabang-cabang. Rizoid telah mulai terbentuk pada pembelahan spora yang pertama pada sisi yang tidak terkena cahaya.
Jika cukup mendapat cahaya, pada protonema lalu terbentuk kuncup-kuncup yang akan berkembang menjadi tumbuhan lumut. Kuncup mula-mula berupa penonjolan-penonjolan kesamping dari sel-sel bawah pada suatu cabang protonema. Setelah kuncup itu merupakan 1-2 sel tangkai, maka dalam sel ujungnya lalu terjadi sel serupa piramid, karena terbentuknya sekat-sekat yang miring. Sel-sel bentuk piramid itulah yang seterusnya merupakan sel pemula yang meristematik. Sel itu tiap kali memisahkan suatu segmen sebagai sel-sel anakan baru, dan akhirnya berkembanglah tumbuhan lumutnya. Jika banyak terbentuk kuncup-kuncup demikian tadi, maka tumbuhan lumut seringkali tersusun seperti dalam suatu rumpun. Tumbuhan lumut sejati (Bryopsida) selalu dapat dibedakan dalam bagian-bagian berupa batang dengan daun-daun. Disamping itu terdapat rizoid-rizoid untuk melekat pada substratnya (Tjitrosoepomo, Gembong. 2001: 201).

B.     Reproduksi Lumut Sejati (Bryopsida)
Pada lumut sejati (Bryopsida) alat-alat kelamin terkumpul pada ujung batang atau pada ujung cabang-cabangnya, dan dikelilingi oleh daun-daun yang letaknya paling atas. Daun-daun itu kadang-kadang mempunyai bentuk dan susunan yang khusus yang dinamakan periantum. Kemudian alat-alat kelamin itu dikatakan bersifat benci atau berumah satu, jika dalam kelompok itu terdapat baik arkegonium maupun anteredium, dan dinamakan berumah dua jika kumpulan arkegonium dan anteridium terpisah tempatnya. Diantara alat-alat kelamin dalam kelompok itu biasanya terdapat sejumlah rambut-rambut yang terdiri atas banyak sel dan dapat mengeluarkan suatu cairan. Rambut-rambut steril itu dinamakan parafisis.
Anteredium dan arkegonium lumut sejati mempunyai tangkai dan perkembangan berbeda dengan perkembangan alat-alat yang sama pada Archegoniata lainnya. Sel-selnya mempunyai susunan yang rumit, dan semuanya berasal dari segmen-segmen hasil pembelahan sel pemula di ujung berbentuk pasak. Segmen-segmen yang dipisahkannya segera membelah-belah lagi menjadi sel-sel di sebelah dalam.sel-sel di bagian dalam seterusnya ikut membentuk jaringan spermatogen.
Perkembangan arkegonium mula-mula sejalan dengan anteredium, tetapi kemudian sel ujungnya berubah menjadi sel induk arkegonium dan dengan dinding-dinding pemisah yang perikinal kemudian membentuk tiga sel pinggir, dan satu sel di tengah berbentuk tetraedar kemudian membentuk sekat melintang dan terjadilah sel tutup, sel-sel calon dinding arkegonium, dan satu sel yang letaknya di pusat. Sel pusat itulahyang nantinya membentuk sel telur dan sel saluran perut. (Tjitrosoepomo, Gembong 2001: 204).
Reproduksi / perkembangbiakan Bryopsida atau lumut daun dapat berlangsung secara Vegetatif dan Generatif. Perkembangbiakan secara vegetatif berlangsung dengan pembebasan spora dari kapsul, sebagai hasil dari pembelahan sel induk spora secara meiosis yang menghasilkan empatspora atau tetraspora. Jika sporogonium (sporofit) telah masak, kaliptra dan operkulumnya lepas dan jatuh. Jika udara disekitarnya kering, gigi-gigi peristom akan menggulung keluar sehingga spora dapat keluar, dan akan diterbangkan oleh angin. Jika spora jatuh ditempat yang sesuai, spora akantumbuh menjadi protonema yang berbentuk seperti benang. Perkembangbiakan secara generatif berlangsung melalui pembuahan sel telur oleh sel jantan dan akan menghasilkan zigot. Pembuahan ini terjadi karena adanya kemotaksis (gaya tarik kimia) pada medium air. Zigot akan membelah beberapa kali sehingga terbentuk embrio yang akan tumbuh menjadi sporogonium (badan penghasil spora) atau sporofit (tumbuhan penghasil spora). Jadi, sporofit merupakan turunan generatif (Kouzinet. 2010).

C.    Klasifikasi Lumut Sejati (Bryopsida)
Lumut sejati (Bryopsida) dibedakan menjadi 3 ordo, yaitu Bryales, Sphagnales, dan Andreaeales.
1.      Ordo Bryales
Sebagian besar lumut sejati (Bryopsida) tergolong dalam ordo ini. Pada ordo ini, generasi gametofit dimulai dari spora, yang pada lingkungan lembab tumbuh membentuk struktur berbentuk benang yang disebut potonema. Cabang protonema menyebar menutup permukaan tanah, selnya mengandung kloroplas. Rizoid tumbuh pada protonema dan menembus tanah, berwarna coklat atau tidak berwarna dan tidak mengandung kloroplas.
Struktur yang menarik pada lumut ini ialah generasi gametofitnya, berasal pada protonema sebagai kuncup yang berbentuk jambu klutuk. Kuncup tersebut, melalui kegiatan sel ujung tunggal, tumbuh menjadi batang yang berdaun. Batang tegak membentuk rizoidnya dan menjadi titik bergantung pada protonema, yang segera hancur (Sutarmi, Siti. 1983: 93).
Generasi sporofit dimulai dengan telur dibuahi, yang berkembang sangat cepat menjadi membentuk janin memanjang dan berbentuk gelendong. Dari janin tumbuh tangkai yang memanjang yang dinamakan seta. Tangkai dengan kaki sporogoniumnya tertanam dalam jaringan tumbuhan gametofitnya. Pada ujung tangkai terdapat kapsul sporanya yang bersifat radial atau dorsiventral dan mula-mula diselubungi oleh kaliptra. Sementara sporofit itu memanjang, kaliptra luruh dipangkalnya dan terdorong keatas, dan tampak seperti tudung tipis berwarna coklat atau agak hijau yang menutupi kapsul tersebut. Bagian atas seta dinamakan apofisis. Pada jenis-jenis lumut tertentu apofisis mempunyai bentuk dan warna yang khusus. Menurut poros bujurnya kapsul spora itu mempunyai jaringan kolumela. Ruang spora berbentuk tabung mengelilingi jaringan kolumela itu, kolumela dan ruang spora dikelilingi oleh ruang antar sel yang terdapat didalam jaringan dinding kapsul spora. Bagian atas dinding kapsul spora tersusun merupakan tutup (operkulum). Dibawah tepi operkulum itu terdapat suatu mintakat berbentuk lingkaran sempit dan dan dinamakan cincin. Sel-selnya mengandung lendir yang dapat mengembang dan menyebabkan terbentuknya operkulum (Tjitrosoepomo, Gembong. 2001: 212).
Pada waktu kapsul menjadi matang, dan spora pun masak didalamnya, maka operculum atau katuk tampak jelas pada ujungnya. Setelah kapsul menjadi kering, maka kaliptra dan katup gugur dan spora-spora terbawa angin. Pembebasan spora itu dipermudah oleh geligi dan higroskopik disekitar mulut kapsul. Bilamana udara diluar kering, geligi itu melengkung keluar, dan spora-spora terbawa angin yang menggoyangkan kapsul. Apabila udara lembab, geligi itu kembali ke posisi semula dan mencegah spora-spora itu keluar dari kapsul.
Daun tumbuhan ini berwarna hijau dan kadang mempunyai jaringan yang khusus untuk fotosintesis. Pada umumnyatebal jaringan hanya terdiri dari satu sel, kecuali sepanjang tulang tengah. Dibagian dalamnya, batang itu dapat agak terdiferensiasi dengan untaian sel-sel memanjang ditengah yang dikelilingi daerah korteks yang mengandung kloproplas. Persamaan batang lumut dengan batang tumbuhan berpembuluh hanya dari luar, karena jaringan pembuluh yang sebenarnya tidak ada.
Organ seksual dibentuk pada ujung batang yang berdaun. arkegonium dan anteridium dapat tumbuh pada ujung yang sama atau pada batang yang berlainan. Pada saat pembuahan, anteridium menyerap air dan merekah. Tudung terlempar dan sperma bergerak keluar. Air merupakan bahan yang sangat diperlukan untuk tumbuhan. Pada lumut besar, sperma bergerak dari anteridia ke arkegonia dengan adanya hujan, sedangkan pada lumut kecil sperma bergerak melalui selaput tipis air yang menutupi permukaan tumbuhan. Sperma tertarik sampai diujung arkegonioum oleh adanya sekresi gula, dan berenang masuk kedalam leher arkegonium. Salah satu sperma bergabung dengan sel telur, maka terjadilah pembuahan (Sutarmi, Siti. 1983: 96).
Menurut Siti Sutarmi (1983), siklus hidup tumbuhan lumut adalah sebagai berikut. Generasi gametofit dimulai dengan pembentukan spora. Setiap spora tumbuh membentuk protonema yang berbentuk benang dan terdiri dari dua bagian, yaitu yang melepa diatas tanah mengandung kloroplas, dan rizoid yang tidak berwarna hijau yang menembus kedalam tanah. Cabang-cabang khusus protonema bagian atas tanah tumbuh menjadi batang berdaun dengan simetri radial. Organ seksual tumbuh pada ujung batang yang tegak. Gamet-gamet, yaitu sel telur dan sperma, merupakan bagian paling akhir dari generasi gametofit. Perkembangan selanjutnya seperti halnya siklus hidup pada lumut hati. Perbedaannya hanya pada bentuk kapsul yaitu lumut sejati tangkainya panjang dan mempunyai tutup seperti mangkuk yang dapat merekah.

2.      Ordo Sphagnales (Lumut Gambut)
Ordo ini hanya terdiri atas satu suku Spahagnaceae dan satu marga Sphagnum. Marga ini meliputi sejumlah besar jenis lumut yang kebanyakan hidup di tempat-tempat yang berawa-rawa dan membentuk rumpun atau bantalan, yang dari atas tiap-tiap tahun tampak bertambah luas, sedang bagian-bagian bawah yang ada dakam air mati dan berubah menjadi gambut.
Protonema tidak berbentuk benang, melainkan merupakan suatu bagian berbentuk daun kecil, tepinya bertoreh-toreh dan hanya terdiri atas selapis sel saja.
Batangnya banyak bercabang-cabang; cabang-cabang yang muda tumbuh tegak dan mmebentuk roset pada ujungnya. Daun-daun yang sudah tua terkulai dan menjadi pembalut bagian bawah batang. Suatu cabang dibawah puncak tumbuh sama cepat dengan induk batang. Sehingga kelihatan seperti batang lumut itu bercabang menggarpu. Karena batang dari bawah mati sedikit demi sedikit, maka cabang-cabang akhirnya merupakan tumbuhan yang terpisah-pisah.
Kulit batang Sphagnum terdiri atas selapis sel-sel yang telah mati dan kosong. Jaringan kulit bersifat seperti sepon, dapat menghisap banyak air. Dinding-dinding yang membujur maupun yang melintang mempunyai liang-liang yang bulat. Juga dalam daunnya terdapat sel-sel yang menebal berbentuk cincin atau spiral dan merupakan idioblas diantara sel-sel lainnya yang membentuk susunan seperti jala, terdiri atas sel-sel hidup, berbentuk panjang dan mengandung banyak klorofil. Susunan yang merupakan aparat kapilar itu berguna untuk memenuhi keperluan akan air dan garam-garam makanan.
Cabang-cabang batang ada yang mempunyai bentuk dan warna khusus, yaitu cabang yang menjadi pendukung alat-alat kelamin. Cabang-cabang ♂ mempunyai anteridium yang bulat dan bertangkai diketiak-ketiak daunnya. Cabang ♀ mempunyai arkegonium pada ujungnya. Cabang pendukung arkegonium itu tidak mempunyai sel pemula yang berbentuk limas pada ujungnya, jadi seperti lumut hati, dan berbeda dengan lumut sejati umumnya. Sporogonium hanya membentuk tangkai pendek dengan kaki yang membesar, dan sampai lama diselubungi oleh dinding arkegonium. Akhirnya dinding arkegonium itu pecah pada kaki sporogonium. Kapsul spora berbentuk bulat, didalamnya terdapat kolumela berbentuk setengah bola yang diselubungi oleh jaringan sporogen. Arkespora pada Sphagnum tidak berakar dari endotesium, tetapi berasal dari lapisan terdalam ampitesium. Kapsul spora mempunyai tutup yang akan membuka, jika spora sudah masak. Sporogonium dengan kakinya yang melebar dan merupakan haustorium terdapat dalam suatu perpanjangan ujung batang. Sehabis pembuahan, kaki lalu memanjang seperti tangkai dan dinamakan pseudopodium. Contoh-contoh lumut gambut ialah Sphagnum fimbriatum, S.squarrosum, S.acutifolium (Tjitrosoepomo, Gembong. 2001: 210).

3.      Ordo Andreaeales
Bangsa ini hanya membuat satu suku, yaitu suku Andreaeaceae, dengan satu marga Andreaea. Protonema berbentuk pita yang bercabang-cabang. Kapsul spora mula-mula diselubungi oleh kaliptra yang bentuknya seperti kopyah bayi. Jika sudah masak pecah dengan 4 katup-katup. Kolumela diselubungi oleh jaringan sporogen. Contohnya adalah Andreaea petrophila, A rupestris (Mulyono, Hadrianus, dkk. 2000: 56).

D.    Peranan Lumut Sejati (Bryopsida)
Dalam kehidupan, tumbuhan lumut ssejati memiliki peranan atau manfaat sebagai berikut:
1.      Memiliki peran dalam ekosistem sebagai penyedia oksigen.
2.      Sphagnum dapat dimanfaatkan sebagai pengganti kapas dan sebagai bahan bakar.
3.      Dapat menyerap air serta menjaga kelembaban tanah.
4.      Bisa digunakan sebagai ornament tata ruang.
5.      Lumut gambut di rawa dapat dijadikan sebagai pupuk penyubur tanah.
6.      Lumut sphagnum dikenal sebagai obat penyakit kulit dan mata.
7.      Di hutan bantalan lumut berfungsi menyerap air hujan sehingga mengurangi kemungkinan adanya banjir (Kouzinet. 2010).




BAB III
PENUTUP
Lumut sejati (Bryopsida) atau yang biasa juga dikatakan lumut daun merupakan tumbuhan peralihan antara Thallophyta yaitu tumbuhan yang sulit dibedakan antara akar, batang, dan daunnya dan Cormophyta yaitu tumbuhan yang mudah dibedakan antara akar, batang, dan daunnya. Lumut sejati (Bryopsida) tumbuh pada tempat yang terbuka seperti pada tanah-tanah gundul yang mengalami kekeringan, diatas pasir, diantara rumput-rumput, diatas batu-batu cadas, pada batang-batang pohon, dan di rawa-rawa. lumut sejati (Bryopsida) memiliki perkembangbiakan secara vegetatif dan generatif dan lumut sejati (Bryopsida) dibedakan menjadi 3 ordo, yaitu Bryales, Sphagnales, dan Andreaeales. Lumut sejati (Bryopsida) ini memiliki peran yang cukup penting didalam kehidupan.




















Daftar Pustaka
Kouzinet. 2010. Lumut Daun. http://kouzinet.blogspot.com/2010/03/lumut-daun-bryopsida-sp.html diakses pada tanggal 1 Oktober 2014 pada pukul 10:27 WIB.
Mulyono, Hadrianus, dkk. 2000. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Sutarmi, Siti. 1983. Botani Umun Jilid 3. Bandung: Angkasa.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2001. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar